Siapa
sih yang nggak mau membela bangsanya di kancah dunia? Pasti sebagai warga
negara yang baik akan selalu menerima apabila diperkenankan untuk membela.
Tampil habis-habisan (all out) pasti
dilakukan. Tak kenal suku, agama, ras, dan antar golongan. Itu semua demi
kejayaan bangsanya. Termasuk Indonesia.
Namun,
berbeda dengan uraian di atas, saat ini ternyata para pemain sepakbola
Indonesia sedang “galau”. Kenapa ya?
Ya...kita sudah banyak mendengar berita di berbagai media informasi, bahwa konflik yang terjadi di otoritas badan tertinggi sepakbola Indonesia, PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), tak kunjung usai.
Ya...kita sudah banyak mendengar berita di berbagai media informasi, bahwa konflik yang terjadi di otoritas badan tertinggi sepakbola Indonesia, PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), tak kunjung usai.
Berawal
dari pelengseran (impeachment)
terhadap kepemimpinan Nurdin Halid. Kebanyakan anggota PSSI meminta Nurdin
turun karena dianggap tak becus memperbaiki persepakbolaan Indonesia. Konflik
kepemimpinan ini pun memuncak kala timnas gagal menjuarai piala AFF (kejuaraan
sepakbola se-Asia Tenggara). Nurdin seolah tetap kekeh memimpin PSSI, akan tetapi
desakan untuk mundur terus bergulir dari seluruh penjuru nusantara. Badan
sepakbola tertinggi di dunia, FIFA, sampai turun tangan untuk mengakhiri
konflik ini dengan membentuk komite normalisasi yang diketuai Agum Gumelar.
Akhirnya terpilih Johan Arifin sebagai ketua umum PSSI yang baru.
Harapan
baru pun muncul, timnas Indonesia merengkuh gelar juara, setelah sekian lama
puasa gelar. Ratusan juta rakyat Indonesia siap membela timnas Merah-Putih demi
gelar juara. Akan tetapi sampai saat ini prestasi yang diharapkan tak kunjung
datang. Justru PSSI pimpinan Johan Arifin ini seakan menciptakan banyak konflik
baru. Dari pergantian kompetisi kasta tertinggi sepakbola Indonesia (dari LSI
menjadi LPI), hingga penyelewengan terhadap hasil kongres resmi PSSI di Bali.
Siapa
sangka hal ini bisa terjadi? Kepercayaan yang diberikan kepada Johan Arifin
justru belum mampu mengangkat prestasi bagi timnas Indonesia. Hal ini
menyebabkan rakyat Indonesia bergolak lagi menuntut Johan Arifin mundur dari
jabatannya. Kongres Luar Biasa di Ancol pun akhirnya memilih ketua umum baru
walaupun FIFA belum memberikan restu terhadap diselenggarakannya kongres
tersebut. Ya....kita sudah tahu kan, bahwa selain dualisme liga yang membuat
sepakbola Indonesia terpecah, tetapi dualisme PSSI. Apa artinya? Hehe, ada dua
PSSI di Indonesia. Lucu...itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan apa
yang sedang terjadi di persepakbolaan kita. Negara pertama di dunia yang
memiliki dua lembaga tertinggi sepakbola, bahkan namanya sama, “PSSI“. Hanya bisa
geleng-geleng kepala rakyat Indonesia menyaksikannya.
Konflik
yang tak kunjung padam berdampak pada timnas Indonesia. Kalah 10-0 dari Bahrain
sungguh menjadi pukulan berat bagi PSSI versi Johan Arifin. Padahal timnas
Indonesia pernah mengalahkan timnas Bahrain ketika bermain di Piala Asia.
Ironis bukan? Hal inilah yang membuat PSSI versi Johan Arifin akhirnya mau
memanggil para pemain yang berkompetisi di Liga Super untuk membela timnas
(liga yang dianggap ilegal). Akan tetapi ternyata PSSI versi KLB Ancol juga
tengah membentuk timnas Indonesia. Ya...jadi ada dua timnas kan. Klub liga
super melarang pemain bergabung dengan timnas PSSI Johan Arifin. Mungkin klub
liga super menginginkan pemain bergabung dengan PSSI hasil KLB Ancol kali ya. Padahal kan sampai saat ini PSSI yang diakui
FIFA tetap PSSI pimpinan Johan Arifin. Jadi, timnas pimpinannya lah yang berhak
tampil di kejuaraan internasional. Lagi-lagi, rakyat Indonesia dibuat
geleng-geleng kepala.
Hal
inilah yang membuat para pemain Indonesia “galau”. Membela bangsanya atau
mematuhi perintah klub? Tapi siapa sih yang nggak mau membela bangsanya. Masa’
mau 10-0 lagi seperti saat lawan Bahrain. Ternyata berbagai hasil mengecewakan
timnas PSSI Johan Arifin membuat beberapa pemain liga super geram. Sebut saja
Okto Maniani dan Titus Bonai. Kedua pemain ini rela melanggar perintah klubnya
demi bergabung timnas Indonesia versi PSSI Johan Arifin. Mereka ingin
mengembalikan kejayaan Indonesia. Apa salah jika kedua pemain ini mati-matian
membela bangsa Indonesia?
Inilah
naluri warga negara yang tak rela jika bangsanya hancur. Tak ada kata takut
melanggar untuk membela bangsa. Tak ada kata terlambat. Kita hanya bisa
berharap semoga konflik PSSI ini segera usai, termasuk dualisme PSSI. PSSI
damai. Damai untuk negeri adalah hal mulia. Demi bangsa kita, Indonesia.
Rakyat
Indonesia rindu prestasi. Rakyat Indonesia ingin melihat timnas sepakbolanya
tampil di kejuaraan sekelas piala dunia. Rakyat Indonesia ingin meraih gelar juara
piala dunia. Kapan? Sebatas mimpi atau akan terealisasi? Mari kita buktikan
bersama-sama teman. Yakin, kita pasti bisa!!
Wonosari,
Yogyakarta, 13 Mei 2012
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar