Hari
mulai siang, namun perlengkapan yang harus kubawa sama sekali belum
kupersiapkan. Rencananya pada sore hari pada tanggal 9 Mei 2013, aku dan
kakakku, Herlin Pancasilawati, berangkat dari Kota Wonosari menuju kota Solo.
Kami diajak oleh teman SMA ku yang bernama Lukman Fahreza untuk mendaki Gunung
Merbabu. Sehingga persiapanku dan kakakku harus dikebut untuk mengejar waktu,
karena pada malam hari kami harus memulai pendakian.
Setelah
semua persiapan dirasa cukup, aku dan kakakku pun berangkat menuju Kota Solo
untuk bertemu Rere (panggilan Lukman Fahreza). Ternyata setelah ketemu, dia
juga mengajak temannya dari Kamboja. Namanya Loh Man, mahasiswa Teknik Sipil
UNS , satu jurusan dengan Rere.
Jalur Perjalanan menuju Gunung Merbabu
Beberapa
waktu kemudian, kami melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung Merbabu.
Kebetulan kami memilih jalur pendakian dari daerah Selo yang terletak di
Kabupaten Boyolali. Jalan yang kami lalui
untuk mencapai basecamp cukup terjal dan sempit, sehingga kami harus selalu
hati-hati. Sesampainya di basecamp pada sekitar pukul 21.00 WIB, kami langsung
membeli tiket masuk Gunung Merbabu. Kakakku bercerita bahwa dia sedang tidak
enak badan, dia muntah di kamar mandi. Saya anjurkan dia untuk tidak ikut
mendaki dan istirahat di basecamp. Namun dia seakan memaksakan diri untuk
memulai pendakian. Akhirnya kami berempat pun naik berbarengan. Namun setelah
hampir sampai pos 1, keadaan kakakku sepertinya mulai drop lagi, dan dia
memutuskan untuk kembali ke basecamp. Aku pun mengantarkannya kembali ke
basecamp. Dengan kondisi kakakku seperti itu, semangatku untuk memulai
pendakian pertamaku, seperti redup, tak menyala-nyala lagi. Namun berkat
dorongan semangat dari kakakku, dan dia meyakinkanku bahwa dia bisa menjaga
diri di basecamp, akhirnya aku pun memberanikan diri lagi untuk memulai
pendakian kembali.
Rute pendakian Gunung Merbabu jalur Selo Boyolali
Pendakian
ini akhirnya hanya diikuti 3 orang, yang awalnya 4 orang. 3 orang itu adalah
aku, Rere, dan Loh Man. Kami mendaki sesuai jalur pendakian yang kami rekam
dalam kamera digital ketika kami tadi sampai di basecamp pertama kalinya,
setidaknya hingga pertengahan antara pos 1 dan pos2. Hal ini disebabkan kamera
yang habis baterainya. Karena di antara kami bertiga, hanya Rere yang pernah
muncak Merbabu, maka aku dan Loh Man memilih jalur yang pernah dilalui Rere.
Namun jalur ini ternyata adalah jalur yang sebenarnya lebih jauh dan terjal
daripada jalur pendakian normal, walaupun akhirnya bertemu di pos 3 atau biasa
disebut pos batu tulis. Itu artinya kami pada saat berangkat, tidak melalui pos
2, melainkan langsung pos3. Setelah sampai pos 3, kami pun lega. Di pikiranku,
pendakian mungkin tak lebih dari 3 jam lagi.
Sempat
terbesit bisa melihat bunga edelweiss, tapi ternyata tak ada bunga yang
mekar. Menikmati pemandangan di tengah
perjalanan menjadi obat lelah kami. Bertaburan bintang di langit, diselingi
bintang jatuh, ditambah keindahan kota Boyolali semakin memantapkan hati untuk
mencapai puncak. Pada pukul 04.00 WIB, kami merasa sangat lelah, dan akhirnya memutuskan
untuk mendirikan tenda guna beristirahat. Setelah dirasa cukup, kami pun
melanjutkan perjalanan.
Sesuatu
yang kami sesali dalam pendakian ini adalah kami tak membawa kamera yang
baterainya penuh. Hanya sempat beberapa kali dokumentasi, kamerapun tak kuat
lagi untuk mendokumentasikan perjalanan ini. Kami yakin di balik kejadian
kamera ini, pasti ada berkah. Dan ternyata, kami pun dipertemukan dengan
rombongan pendaki yang kebetulan sedang berfoto ria. Dengan niat meminjam
kamera, kami berkenalan dengan mereka. Beberapa diantaranya adalah mbak Shi
Dath, mas Marta, mbah Sarap, mas Rian, dll. Tak menyangka mereka pun
meminjamkan kamera itu. Setelah beberapa foto dokumentasi didapat, kami pun
berinisiatif untuk bertukar nama akun media sosial, untuk kemudian foto-foto
itu dikirim.
Kami
melanjutkan perjalanan menuju puncak Merbabu (puncak triangulasi). Hmmm,
setelah melewati beberapa bukit dan lembah, akhirnya kami sampai di puncak
Gunung Merbabu pada pukul 09.00 WIB. Huh….lelah terbayar dengan keindahan alam.
Terlihat Gunung Lawu, Gunung Sindoro, Gunung Merapi, dan Gunung Ungaran. Sempat
terpikir ingin mengabadikan puncak merbabu dengan merah putih, tapi saya tidak
membawa bendera. Eh…di puncak gunung kembali bertemu dengan rombongan mbak Shi
Dath tadi. Saat keinginan mengabadikan dengan merah putih, ternyata mbah Sarap
membawanya. Akhirnya kami bisa berfoto ria di puncak menggunakan merah putih itu. Selain itu, kami juga
bertemu anak kecil yang sudah mendaki 7 puncak gunung. Hehe, jadi termotivasi
untuk mendaki gunung lagi di lain waktu.
Setelah
puas menikmati pemandangan di puncak triangulasi, rombonganku bersama rombongan
mbak Shi Dath tadi bersama-sama menuju puncak Klentheng Songo. Nah…di sini
terdapat kepercayaan bahwa apabila kita dapat menghitung klentheng berjumlah
Sembilan, berarti kita orang yang baik. Silakan saudara mempercayai atau tidak.
Tak ketinggalan kami juga mengabadikan moment di puncak Klentheng Songo ini.
Selain itu, kami juga mendapatkan teman baru, mereka berasal dari Ceko
Slovakia. Wew…di puncak banyak teman baru…….
Waktu
yang terus berjalan memaksa kami untuk segera turun menuju kaki gunung. Saya,
Rere, dan Lohman segera menuju tenda untuk kembali ke kaki gunung. Salam
bersambung (kapan-kapan jumpa lagi) pun kami sampaikan pada teman-teman baru
kami di puncak Merbabu. Harapan berjumpa lagi di tempat lain pun kami sampaikan
juga.
Di
perjalanan menuju kaki gunung, kami berusaha menikmati keindahan alam. Namun di
tengah perjalanan, kami melihat seorang mas yang tadi terlihat tergabung dalam
sebuah kelompok, tengah berjalan sendirian. Kami pun berinisiatif menanyakan
hal tersebut. Mas itu pun bercerita pada kami. Ceritanya berujung pada kalimat,
“Saya ditinggal rombongan yang telah berjalan duluan di depan, saya tidak
mengetahui keberadaan mereka, dan saya berjalan sendirian dalam kondisi sakit”.
Dengan kondisi seperti itu, kami tidak tega melihat ma situ menuju kaki gunung
sendirian. Kami pun membantu mas itu untuk menuju kaki gunung. Tetapi kemudian,
saya teringat kondisi kakakku yang menunggu di basecampdalam kondisi sakit
pula. Dengan berbagai pertimbangan dan dialog dengan Rere, Lohman, dan mas itu,
saya pun diijinkan untuk berjalan mendahului mereka, untuk memastikan kondisi
kakakku yang di basecamp. Setelah berjalan selama kurang lebih 4 jam, saya pun
akhirnya sampai di basecamp pukul 16.00 WIB. Alhamdulillah, saya mendapati
kondisi kakakku yang sudah membaik. Sedangkan Rere, Lohman, dan mas itu sampai
di basecamp sekitar pukul 18.00 WIB.
Sebuah
perjalanan yang sungguh menakjubkan. Tak hanya kesenangan pribadi yang didapat,
tetapi juga kesenangan berinteraksi dengan orang lain. Banyak pelajaran yang
saya dapat dari perjalanan ini, perjalanan naik gunung yang pertama, yaitu
tolong menolong, solidaritas, kekompakan, dan masih banyak yang lain. Ungkapan
bersyukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa tak henti-hentinya saya ucapkan.
Melihat begitu indahnya alam Indonesia ini, serta sifat manusianya yang sangat
mengutamakan gotong royong dan musyawarah dalam mengambil keputusan. Semakin
ingin menikmati keindahan alam Indonesia yang lain. Semoga perjalanan kali ini
menjadi pelajaran yang berharga bagi saya dan teman-teman saya. Wew…Lowy Man! J
Yogyakarta, 1 Juli 2013
Bondan Galih Dewanto
Ada nama orang keren di sebut-sebut di sini. :)
BalasHapusanw, ayo makin sering update blognya. keep on writing and blogging, Bondan :)
see ya in another mountains.
hehehe,baru sempet post mbak. tp emang keren mbak orangnya, :) just try to share our experience...blognya mbak shi dath apa?
Hapussipsip mbak, seneng nih bisa dapat teman di puncak gunung. selanjutnya mana? jadi sindoro atau sumbing?
blogku? klik aja link di namaku (Langit) ntar langsung ke-direct langsung ke blog.
Hapussumbing atau sindoro? ntar ya, aku masih mau koordinasi sama temen-temen dulu, gimana-gimananya ntar aku kasih kabar. :)
haha, sipsip mbak, udah aku buka. :)
Hapusiya nih, ayo...ndaki bareng lagi...
Buat kamu yang ingin belajar rubrik, terutama untuk pemula: http://student.blog.dinus.ac.id/sasjepyusufal/2016/11/13/cara-mudah-menyelesaikan-rubik-3x3-untuk-pemula/
BalasHapusSejarah singkat tentang Tokyo: http://student.blog.dinus.ac.id/mataharilanangpanggulu/2016/10/13/sejarah-singkat-tokyo-%e6%9d%b1%e4%ba%ac/
BalasHapusJangan lupa untuk wisata kuliner juga di Semarang jika anda berlibur ke Semarang. Ada banyak jenis makanan khas Semarang hlo yang mantap; http://student.blog.dinus.ac.id/c11eddomarselo28/2016/10/19/5-top-jajanan-enak-di-kota-semarang/
BalasHapushttp://student.blog.dinus.ac.id/sasjepyusufal/2016/11/13/cara-mudah-menyelesaikan-rubik-3x3-untuk-pemula/
BalasHapusYuk berkunjung jung jung jung, guys.