Sebuah
rangkaian cerita sederhana pada 17 Maret-19 Maret 2014. Ketika itu saya bersama
2 temanku, Made Sapta Hadi dan Kholqilah sedang menuju Kota Surabaya untuk
mengikuti final lomba karya tulis tingkat nasional. Hari itu seperti biasa kami
bertiga menggunakan kereta api sebagai alat transportasi. Sebelum berangkat,
kami mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawa. 5 jam adalah waktu yang
mengharuskanku berada di dalam kereta.
Setelah
berangkat pada pukul 16.15WIB, seperti biasa, dibayanganku hanya akan ada
obrolan antara aku dan 2 temanku tadi selama di kereta. Tak ada tutur kata yang
mengasyikan dengan orang yang belum aku kenal. Sapta dan Kholqi berada pada 1
kursi yang sama. Sementara seorang bapak duduk bersampingan denganku waktu itu.
Belum ada sapaan selama sekitar setengah jam perjalanan. Namun akhirnya aku
berani menyapa bapak itu sebagai awal obrolan. Dengan beberapa bahan yang
general, dari mana, menuju kemana, dan apa-apa lah yang ringan. Dengan daerah
tujuan yang sama, Surabaya, akhirnya kami banyak sekali mengobrol. Bukan hanya
general lagi, tetapi mulai detail ternyata. Dari obrolan tentang moda
transportasi kereta hingga masalah politik. Bapak itu menceritakan tentang
pengalamannya selama naik kereta dari jaman muda hingga sekarang. Bapak itu
juga bercerita tentang fenomena ibu Risma yang menjadi walikota Kota
Surabaya. Banyak hal yang kami obrolkan.
Hal itu setidaknya telah menggugurkan perkiraanku yang akan hanya ada obrolan
kecil antara aku, Sapta, dan Kholqi. Hingga pada akhirnya kami harus berpisah
saat sampai di Kota Surabaya, tepatnya di Stasiun Gubeng. Sebuah perkenalan
singkat yang sangat berkesan tentunya.
Sesaat setelah
tiba, aku Sapta dan Kholqi segera mencari makan. Ya….kami bertiga mengalami
kelaparan di dalam kereta, hehe. Dan pilihan makanan jatuh pada rawon. Sempat
kebingungan mencari transportasi apa untuk menuju penginapan, akhirnya kami
juga memutuskan untuk naik taksi atas rekomendasi temanku. Setelah sampai di
penginapan, entah kenapa kami bertiga kompak merebahkan tubuh di atas kasur.
Sesuatu yang menandakan betapa lelahnya tubuh kami. Ketika 2 orang temanku
memutuskan untuk tidur, saya masih saja membuka mata yang sebenarnya terasa
berat. Sesekali menghela nafas, saya mencoba merenungi kehidupan. Introspeksi
diri di tengah Kota Surabaya. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menyusul
kedua temanku dalam alam mimpi.
Saya terbangun
dengan suasana luar gedung yang masih gelap. Namun mengingat jadwal kegiatan
yang cukup pagi, saya pun tidak melanjutkan tidurku. Pada hari itu saya dan 2
orang temanku tadi akan melakukan presentasi di depan juri dan finalis lomba
lain. Eh…tiba-tiba dosen pembimbingku datang dari belakang menyapa dengan
senyum yang mekar, seakan motivasi bagi kami untuk melaksanakan presentasi
dengan baik. Dosen yang memberikan perhatian pada kami, dari mulai pendanaan
hingga dukungan moral yang sangat kami perlukan. Hingga akhirnya tiba giliran
kami untuk presentasi. Deg-degan memang lumrah. Namun kami harus tetap berdiri
tegak di depan. Pertanyaan juri satu per satu kami jawab. Entah bagaimanapun
hasilnya, kami berpikir itu sudah kami lakukan dengan maksimal.
Salah satu
tujuan ketika berkunjung di kota yang belum pernah dikunjungi adalah mbolang ke
tempat-tempat yang menjadi ciri khas. Itu pun yang saya lakukan setelah
rangkaian hari pertama final lomba selesai pada pukul 15.00WIB. Saya memiliki
teman yang secara tak sengaja berkenalan di atas puncak Gunung Merbabu, bernama
Shiddarta. Saya biasa memanggilnya mbak Shiddat. Sebuah nama yang unik bukan,
hehe. Perkenalan yang berawal dari kamera, hehe. Saya telah menghubungi dia
beberapa hari sebelum keberangkatan ke kota ini. Dan mbak Shiddat sengaja
mengosongkan agenda hari itu sebagai dokter hanya untuk mengantarku ke
tempat-tempat unik di Surabaya. Tujuan pertama kami adalah di Kenjeran,
tepatnya di Wihara yang ada patung Dewi Kwan Im dan patung Buddha. Di tempat
itu dia bercerita tentang banyak hal. Dari menjadikan tempat itu sebagai tempat
yang tepat untuk merenungi kehidupan hingga menceritakan tentang makna patung
Buddha itu sendiri. Dan saya akhirnya tersadar ternyata namanya terdapat
kedekatan dengan Shiddarta Gautama. Hehehe, sesaat kami bercanda tentang hal
itu. Ketika merasa terpojok, ancamannya adalah aku akan ditinggal di tempat
itu. Haha, langsung tak berkutik deh, sadar diri belum tau medan Kota Surabaya.
Tempat kedua yang kami kunjungi adalah Pulau Madura. Walaupun hanya beberapa
menit kami di sana, namun katanya mumpung di Surabaya tak ajak mampir ke pulau
sebelah. Dan kami melewati jembatan Suramadu yang menjadi ikon baru. Takjub
banget melihat kontruksi jembatan itu yang tegak kokoh berdiri di selat yang
menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Indahnya jembatan itu semakin terasa
dengan lampu warna warni. Satu kata, “waaaawwww”. Di perjalanan sesekali aku
mengajak dia membandingkan kota Jogja dan Kota Surabaya. Dan saya memang bisa mengatakan kota ini tertata dengan
hijaunya pohon yang tersusun rapi. Tempat ketiga yang kami kunjungi adalah
Taman Bungkul, taman yang menjadi tempat berkumpulnya berbagai kalangan di kota
ini. Taman yang juga identik dengan Sunan Bungkul yang menjadi tokoh agama di
Kota Surabaya. Juga ada warung kalkulator yang sebenarnya cukup menggoda untuk
dicicipi, tapi karena perut nggak lapar, nggak jadi deh,hehe. Di taman itu pula
aku teringat tentang gang dolly yang menjadi fenomena di Surabaya dan Hotel
Yamato yang syarat tentang sejarah bangsa ini. Sebelum mengunjungi 2 objek
tersebut, saya diajak ke ikon kota Surabaya yaitu patung Suro dan Boyo. Memang
merasa 3 jam saja tidak cukup untuk mengunjungi semua tempat khas kota ini,
namun tetap senang karena dapat mengenal beberapa ikon kota Surabaya. Bersyukur
pula mempunyai teman yang sangat baik di Surabaya, kota terbesar setelah DKI Jakarta.
Waktu pukul 21.00WIB memaksaku harus segera pulang ke asrama karena mengingat
kesibukan yang dimiliki mbak Shiddat pula. Tak lupa mengucapkan terimakasih
telah memperkenalkan kota yang bersih dan hijau ini. Objektif lo ini hehehe.
Juga mempersilahkan mbak Shiddat berkunjung kembali ke Kota Jogja, tempat
domisiliku, dan nanti tak ajak mbolang gantian, hehe.
Keesokan
harinya, saya harus mendahului 2 temanku, Sapta dan Kholqi untuk menuju kota
Jogja. Hal ini karena ada agenda yang mewajibkanku berada di kampus. Berat sih,
karena masih ada sesi pameran dan pengumuman yang seharusnya saya ikuti. Namun
karena ada tanggung jawab di kampus, saya harus mendahului kepulangan saya ke
Jogja.
Pukul 08.00
WIB kereta berangkat dari Stasiun Gubeng untuk menuju Stasiun Tugu di
Yogyakarta. Aku menunggu kereta di tempat duduk sebelah rel. Disambut oleh
iringan music pecinta koes plus. Selain itu saya juga mendapat kenalan, seorang
bapak yang akan menuju ke Solo. Eh…tak disangka, banyak motivasi pula yang
disampaikan. Tak tau mengapa hal itu bisa terjadi, namun petuahnya sangat
berguna untuk cermin kehidupan ini. J
Dari
perjalanan selama 3 hari ini di sebuah kota besar di Indonesia, saya
mendapatkan banyak sekali hal positif, membuka pikiran tentang apa yang terjadi
di luar Jogja, membuka pikiran tentang apa itu yang dimaksud Indonesia. Tentang
persahabatan yang tak memandang usia, tak memandang statusnya, tak memandang
siapa anda dan siapa saya, tetapi melibatkan ketulusan dalam sebuah
persahabatan yang hangat. J
bagian ga akur selama perjalanan, pas ditegur satpol PP dan pas mau diceburin ke lautnya ga disebut, eh.. akuarium juga. dan ngapain juga itu bengong dan ngegalau di depan hotel Majapahit (Yamato) padahal gerimisnya lumayan mulai deres. :P
BalasHapussee you next time Brother
pas nggak akur mbak shiddat tersangkanya karena nggak mau ngalah sama yang masih muda :-P pas ditegur satpol PP mbak shiddat tersangkanya karena katanya boleh naik ke patung suroboyo :-P hahaha.
BalasHapuskarena nggak bisa renang semua, ancamannya jangan diceburin dong mb wkwkwk :-P. kalau yang akuarium aku nggak ikutan dah, tp penasarannya udah terobati hehehe. kalau yang Majapahit (Yamato) miris aja mbak, kenapa bangunan sejarah gitu jadi komersial sekarang :-(
Tp overall berkesan banget mb. Kapan2 kalau ke surabaya lg ajakin mbolang lebih jauh yak hahaha :-)
jadi.. tersangkanya aku? oke.. fine. :P
BalasHapushehehe, iya dong....yg tua harus ngalah :-P :-P :-P
BalasHapusoiya...sering banget mb shiddat bilang ok fine ok fine ok fine ok fine. wkwkwkwkwk :-P