Malam ini aku
seakan teringat masa kecilku yang penuh dengan hari-hari bersama ibu. Aku ingat
betul saat beliau menyuapkan sesendok makanan ke mulutku. Aku ingat betul ketika
beliau memandikan aku setelah bermain. Aku ingat betul ketika ibu mengantarkanku ke sekolah. Aku ingat betul ketika aku tidur
diantara bapak dan ibu. Aku ingat betul ketika aku selalu rewel minta ini minta
itu. Aku ingat betul ketika aku merengek dan ibu yang menenangkanku. Aku ingat
betul ketika ibu mengajariku belajar. Aku ingat betul ketika ibu menasehatiku.
Dan segalanya aku selalu berusaha mengingat moment tiap detik bersamamu ibu.
Dan hari ini, 16 April 2014 adalah hari yang sangat bersejarah buat ibu. Bukan tentang kisah membeli sebongkah emas, bukan juga tentang kisah membeli rumah yang bak istana mewah, melainkan hanya sepenggal kisah yang menandai lahirnya seorang ibu yang telah melahirkanku. Ya…47 tahun yang lalu lahir seorang putri dari eyangku, yang tinggal di Jogja. Sering aku mendapatkan cerita tentang masa kecil ibuku dari kakek dan nenekku. Sering pula aku mendengar guyonan dari bapakku tentang cerita masa kecil ibuku yang didapatkan dari kakek nenekku. Guyonan yang sering bisa membuat ibuku tertawa terbahak.
Dahulu, ibu
dijaga oleh kakek dan nenek. Sejak tiga anak lahir dari kandungannya, ibu juga menjaga aku, kakakku,
dan adikku. Pasti ibu belajar bagaimana eyang merawat ibu dan kemudian
diterapkan menjaga kami bertiga. Capek? Lelah? Letih? Mungkin dalam fisik iya,
tetapi aku yakin ibu ikhlas merawat kami. Karena dari rahim ibu lah kami
bertiga dilahirkan. Aku percaya saat ini ibu berharap banyak pada kami bertiga.
Dan saya sebagai anak laki-laki paling besar, janji akan membahagiakan ibu.
Aku malam ini juga teringat akan sebuah lirik lagu dari
musisi favorit bapakku, Iwan Fals. Begini penggal liriknya:
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Ingin menangis
rasanya ketika melihat ibu marah tentang sikapku yang nakal. Ingin mengulang
lagi dahulu tentang kenakalanku dan ingin kugantikan dengan sikap yang
menunjukkan anak yang baik. Tapi ini hidup. Setiap waktu yang tidak mungkin kembali ke masa lalu. Setiap waktu yang hanya ada di saat itu juga aku dapat
menikmatinya. Menikmati bersama ibu. Termasuk segala kenakalanku yang membuat
ibu marah. Minta maaf. Berlutut kalau perlu, pasti akan kulakukan. Ribuan kilo
jalan yang kau tempuh, untuk aku anakmu.
Malam ini aku
berdoa ibu. Semoga ibu selalu dalam lindungan-Nya, selalu bahagia, selalu murah
senyum, selalu mendoakan untuk kesuksesan anaknya, selalu sehat yang akan menemani
anaknya. Selalu mendoakan yang terbaik ibu. Ibu, aku sayang padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar