Pada
mata kuliah Ilmu Ukur Tanah 1 (IUT1) kelas A, saya tergabung dalam kelompok 4
yang terdiri dari Ahmad Baihaqi, I Made Sapta Hadi, Aeny Sugianto, Puji
Nurhidayah, dan aku. Ketika itu kami belum saling mengenal satu sama lain.
Ya…karena kami berasal dari daerah yang berbeda-beda. Bai dari Lombok, Aeny
dari Demak, Sapta dari Bali, sedangkan aku dan Puji dari Yogyakarta. Mungkin hanya
aku, Sapta, dan Bai yang terlihat akrab, karena sudah kenal sejak awal masuk
Geodesi. Mencoba mengenal lebih dekat setiap anggota dan mengerti karakter
masing-masing adalah hal pertama yang aku lakukan dalam setiap praktikum IUT.
Karena hal itu sangat penting untuk menunjang kelancaran jalannya praktikum.
Aku, Aeny, Puji, Sapta, dan Bai (foto jaman masih polos)
Praktikum
pertama adalah pengukuran jarak langsung pada area mendatar, terhalang, dan
miring. Sebagaimana orang yang baru mengenal sesuatu, kami pun masih terasa
malu-malu satu sama lain. Namun, kami mencoba untuk professional. Langkah demi
langkah kami lakukan, dari pelurusan menggunakan jalon, hingga pengukuran jarak
dengan metode tertentu. Aku, Sapta, dan Bai selalu serius dalam melakukan
praktikum. Sampai pada suatu saat, kami bertiga mencoba bertanya pada Puji dan
Aeny mengenai kesan mereka tergabung dengan kami bertiga. Hehe…ternyata kalimat
yang keluar dari mereka adalah “Kalian itu spaneng banget ya, nggak ada humor...”.
Ckckck…..pantas golongan perempuan nggak pada ketawa ketika praktikum,hehe,
kesan pertama saja sudah seperti itu. Tapi komentar itu yang menjadikan tekad
kami bertiga untuk memperbaiki diri mencuat.
Pada
praktikum kedua (sentering, sumbu I vertical, pembacaan sudut) kami golongan
lelaki mulai melebur, sering mengajak bercanda mereka ketika praktikum, namun
tetap mengutamakan kelancaran praktikum. Dan ternyata inilah suasana yang
sebenarnya kami cari, serius tapi santai. Mungkin kalau tak ada komentar dari
Puji dan Aeny, sampai sekarang masih aja aku, Sapta, dan Bai mempertahankan
sikap spanengnya, hehe. Kehangatan
seperti ini kami coba pertahankan hingga praktikum ketiga(pengukuran sudut
biasa dan luar biasa untuk mengetahui kolimasi dan indeks vertical), praktikum
ke empat (pengukuran sudut seri rangkap), praktikum ke lima (pengukuran jarak
optis), praktikum ke enam (pengecekan sipat datar dan pengukuran beda tinggi
cara leveling), dan platnimetris I.
Nah…pada
saat planimetris I inilah kami mendapatkan tantangan. Kami mendapatkan area
tugu teknik, yang banyak orang bilang bahwa area ini sulit. Berbagai tantangan,
dari kendaraan yang lalu lalang hingga banyaknya detail objek yang dipetakan
harus kami hadapi. Bahkan jika dihitung, jumlah titik detail yang harus kami
ukur adalah lebih dari 400 titik. Waw…untuk ukuran pemula yang biasanya
mengukur jarak antara dua titik. Apalagi lingkatan tugu yang tidak
diperbolehkan menggunakan metode diameter, hmmmm...berapa titik hayo? Tapi kami tidak menyerah
begitu saja kok. Yang kami lakukan adalah tahap demi tahap harus dijalani
dengan ikhlas. Mulai dari pengukuran dan perhitungan polygon, penentuan detail
objek, hingga menuangkannya dalam bentuk peta di atas kertas ukuran A0. Nasihat
dari kakak angkatan untuk mengukur di malam hari pun kami lakukan.
Proses pengukuran detail lingkaran tugu
Banyak
kelucuan sebenarnya dalam pengukuran planimetris I kelompok 4 ini. Contohnya
penggunaan nama suatu titik. Kami menggunakan nama Tb Love yang merupakan
kepanjangan dari titik bantu love. Hehe, bagaimana menurut kalian? Tidak
berhenti di situ, kami juga menamakan objek suatu taman dengan nama tman GJ
(taman nggak jelas), tempat duduk php (pemberi harapan palsu), dan lain-lain.
Hal ini kami lakukan dengan tujuan agar kami tetap semangat dan sebagai hiburan
ketika kami terlalu spaneng mengurusi pemetaan pertama ini. Tetapi penamaan itu
bukan tanpa alasan lo….contohnya saja taman php. Taman php merupakan nama hasil
dari tingkah laku Sapta. Entah Aeny atau Puji (saya kurang ingat), merasa di
beri harapan sesuatu oleh Sapta, namun tak berwujud. Hehe, itulah seluk beluk
taman php. Sedangkan untuk nama objek lain juga memiliki sejarah tersendiri
tentunya.
TBL merupakan kepanjangan dari Titik Bantu Love
Sampai
akhirnya semua detail objek telah terukur, hal yang kami lakukan adalah
menuangkannya di atas kertas ukuran A0. Beli tabung kertas…beli tabung kertas
ah…. . Tabung kertas begitu bermanfaat untuk penyimpanan kertas A0. Sampai-sampai kami disangka mahasiswa jurusan arsitektur dan sipil. Ah...biarlah yang penting kami mahasiswa jurusan TEKNIK GEODESI. Lalu yang
kami lakukan adalah berbagi tugas antara siapa yang membuat layout peta
planimetris dan menuangkan pengukuran detail. Waktu yang pendek sangat terasa,
karena saat itu kami akan dihadapkan pada ujian akhir semester pertama.
Yah…inilah jerih payah yang harus kami lakukan. Tak kenal waktu sampai-sampai
diusir satpam karena jam malam telah habis. Tak kenal tempat karena harus
pinjam rumah teman untuk lembur hingga pagi. Ini kami lakukan agar peta yang
kami buat menghasilkan sesuatu yang indah. Meski terkadang terdapat kendala di
sini dan di sana.
Finalnya
adalah ketika kami harus responsi dihadapan dosen dan asisten dosen. Kegiatan
ini memang rutin dilaksanakan. Grogi kali ya yang kami rasakan, karena ini juga
merupakan response pertama kami sebagai mahasiswa. Namun asisten dosen yang kala itu mendampingi
kami, yaitu Mas Nindi, mencoba untuk bersikap santai, sehingga kami pun terbawa
santai. Berbagai pertanyaan dalam responsi ini telah kami jawab. Dagdigdug
ketika response perlahan menghilang, sehingga rasa kelegaan ketika telah selesai.
Sebagian dari hasil planimetris 1 kelompok kami (Sapta, Bai, Puji, Aen, dan aku)
Pelajaran
yang dapat diambil adalah perlunya kerjasama yang baik antar anggota kelompok
untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baik. Selain itu, setiap anggota kelompok
juga harus saling memahami satu sama lain, agar pelaksanaan pengerjaan tugas
ini dapat berjalan lancar. Tentunya nilai-nilai dan pelajaran dari planimetris
kami ini akan sangat berguna untuk pengerjaan tugas praktikum selanjutnya serta
ketika kami besok terjun di dunia kerja. Oya….tulisan ini aku buat ketika aku
dan kelompokku sedang berproses melaksanakan planimetris 2, dengan kelompok
yang sama, hehe.
Semoga
bermanfaat ya….
Yogyakarta, 29 April 2013
Bondan Galih Dewanto
seandainya kelompok aku juga semenarik kelompok kamu pasti praktikumnya jadi menyenangkan bukanya malah jadi beban.
BalasHapusthanks info dan ceritanya
haha, penuh lika-liku juga kok mbak. tapi bawa senang saja :-) asiik kok.
Hapus