Entah, ini kebetulan atau tidak. Saya
selama hampir 8 bulan ini telah bertemu dengan beberapa tokoh nasional dan 1 tokoh internasional. Inspirasi
dari beliau sangat berguna untuk menatap masa depan yang akan saya jalani.
Pengen tau siapa saja? Berawal dari Arif Havas Oegroseno, Anies Baswedan, Susi
Pudjiastuti, Chris Rizoz, hingga Joko Widodo.
Bapak Havas Oegroseno sempat
memberikan kuliah umum tentang prinsip Negara kepulauan dan perjuangan
Indonesia untuk diakui sebagai Negara kepulauan. Beliau merupakan Duta Besar RI
untuk Belgia, Luxemburg, dan Uni Eropa. Sebelumnya, bapak satu ini bertugas
sebagai Direktur Jenderal Hukum dan
Perjanjian Internasional serta Ketua Delegasi Republik Indonesia untuk Tim
Perundingan Batas Maritim dengan Negara tetangga. Dari kuliah umum beliau ini,
saya jadi paham bahwa kedaulatan maritim sangatlah diperlukan bagi Negara kepulauan
seperti Indonesia.
Anies Baswedan. Gerakan Indonesia
Mengajar adalah berkat gagasannya. Gerakan turun tangan pun tak lepas dari
tangan dinginnya. Saya berkesempatan mengikuti kuliah umum bertemakan
Leadership Talks. Tak perlu diragukan lagi bahwa beliau saat ini dirasakan sebagai
salah satu pemimpin paling potensial. Pernah digadang-gadang akan menjadi
Presiden RI pada pilpres 2014 ini, namun beliau senantiasa menegaskan bahwa
beliau siap berkontribusi dimanapun posisi. Entah sebagai warga Negara biasa
atau jika diamanahi sebagai presiden. Sejak saat itu saya mulai paham bahwa
kontribusi itu tidaklah memerlukan posisi tinggi. Dimanapun posisi, harus siap
untuk berperan, sekecil apapun. Dan ketika saya tulis artikel ini, beliau
sedang menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Semangat pak Anies!!
Sosok perempuan kali ini sangat sangar
apabila dilihat dari fisik. Suaranya pun sangat cowok sekali. Ketika ketemu di
panggung seminar, tidak ada yang menyangka bahwa beliau akan menjadi seperti
sekarang, Menteri Kelautan dan Perikanan. Sangarnya pun nggak hilang sampai
sekarang. Ketegasan yang luar biasa muncul agar masyarakat Indonesia hidup
lebih sejahtera, dengan protein ikan. Ketegasannya untuk melindungi 200T hilang
tiap tahunnya. Dengan cara “Ledakkan kapal pencuri ikan!!!!” Yah….itulah sekelumit
kisah Bu Susi saat ini. Bertemu pertama kali saat beliau mengisi seminar
tentang kewirausahaan. Gaya yang sangar pun sepertinya berkat pengalaman keras
dalam hidupnya. Merintis dari pengepul ikan di Pangandaran, wanita tak lulus
SMA Teladan Jogja ini, berhasil menjadi pebisnis kelas kakap, Susi Air berhasil
ia dirikan dan kembangkan. Saya sangat kagum dengan sosok beliau. Sekali
dipeluknya, bergetar tubuh ini hehehe. Lanjutkan kesangaranmu Bu Susi J
Siapa sih yang menyangka bisa ketemu
Presiden Geodesi Dunia? Ya…kali ini saya beruntung bertemu beliau, Chris Rizoz,
lelaki asal Australia. Beliau adalah dosen pembimbing dosen saya, Bapak I Made
Andi Arsana. The power of link, saya acungkan jempol kepada Pak Andi. Saya
belajar banyak dari Pak Andi tentang pentingnya link. Dari pertemuan dengan
Chris Rizoz, beliau terlihat sangat humble, walaupun beliau berbeda warna kulit
dengan kami. Beliau meyakinkan kami para peserta diskusi bahwa geodet Indonesia
mempunyai kesempatan besar untuk unjuk gigi kepada dunia dengan potensi Indonesia
sebagai Negara besar.
Kalau yang satu ini, mungkin sudah
dikenal dari jaman beliau menjadi walikota Oslo, eh Solo. Kemudian menjadi
Gubernur DKI Jakarta, dan sekarang menjadi Presiden RI. Yap, Bapak Joko Widodo,
atau akrab dengan panggilan Jokowi. Kesempatan bertemu ini datang saat beliau
berkunjung ke almamater kampus, Universitas Gadjah Mada beberapa waktu lalu.
Kesan humble, sederhana, dan tegas ternyata benar-benar ada ketika bertemu itu.
Beliau tak mau penjagaan terlalu ketat, karena beliau ingin dekat dengan
rakyat. Tegas terlihat ketika beliau menyampaikan visi misinya di hadapan
akademisi. Dari keinginan mengembalikan Indonesia sebagai Negara maritime,
hingga tidak ada ampun bagi gembong narkoba. Saat itu beberapa menteri Kabinet
Kerja juga datang. Termasuk Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan HB
X J
Sukses terus Pak Jokowi.
24 Desember 2014
Bondan Galih Dewanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar