Bicara tentang
Surabaya. Baru sekali aku mengunjunginya dan menikmati hamper setiap detik
ketika keliling kota. Berawal dari tepian pantai, namun bukan pantai biasa.
Pantai dimana terdapat sebuah patung Buddha. Kemudian, menuju sebuah warung
untuk mengisi perut, dan diajaklah di warung yang khas di kota ini katanya.
Taman Bungkul juga tak kalah menyenangkan, canda tawa tentang buka lapak paling menggelitik bersamaan dengan canda tawa puluhan anak-anak di sekitarku saat itu. Penutupnya berupa disajikannya di depan mata, sebuah hotel yang amat berkesan, hotel yang sangat ingin aku kunjungi dari dulu. Gerimis hujan pun menggangguku saat itu dan bergegas kembali ke mess. Semua itu karena kabut.
Taman Bungkul juga tak kalah menyenangkan, canda tawa tentang buka lapak paling menggelitik bersamaan dengan canda tawa puluhan anak-anak di sekitarku saat itu. Penutupnya berupa disajikannya di depan mata, sebuah hotel yang amat berkesan, hotel yang sangat ingin aku kunjungi dari dulu. Gerimis hujan pun menggangguku saat itu dan bergegas kembali ke mess. Semua itu karena kabut.
Jakarta. Panjang
tentang kota ini. 2011 adalah tahun dimana aku bisa bertemu dengan skak. Sudah
lama sih tak bersua. Terakhir kali kudengar pernah terbang ke Spanyol untuk
ikut tampil di acara seni di sana. Pernah ingin kuliah di 1 tempat, mungkin
bukan waktunya sih saat itu untuk 1 atap tempat belajar.
Padang. Kota
kelahiran, namun juga menyimpan sejuta rahasia tentang aku di sana. Dari
perjuangan orang tua, hingga kenakalanku saat masih kecil. Setelah sekitar 15
tahun tak ke sana, bertemulah dengan…..sebut saja kotak di kotaku saat ini,
Jogja. Kotak sulap kali ya bisa juga. Sulap, sebuah misteri yang tak semua
orang bisa. Bisa menyulap pandanganku pula. Bahwa Padang tak sesempit yang aku
kira. Keindahannya sangat terasa ketika kotak sulap itu mulai bercerita.
Semarang. Kota bandeng. Mungkin itu yang paling aku ingat. Bagaimana tidak, saudaraku, setiap pulang ke Jogja, pasti tak lupa bawa bandeng presto. Dulu aku hampir setiap tahun ke sana. Terakhir 2 tahun lalu aku main ke sana. Namun, ada hal yang berbeda saat ini tentang Semarang. Kota bunga. Mungkin kata itu yang aku gambarkan saat ini. Kota bunga yang menjadikan aku semakin memuja anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Bunga dengan kecantikan yang luar biasa. Sering mengelak dengan kata-kata, “Saya ini bunga Jawa, bukan bunga China”.
Terakhir, kota saat ini aku tinggal, Jogja.
Gambarkan sendiri tentang apa yang ada dibenakku tentang kota ini. Penuh makna,
banyak aku bertemu di sini. Dari sini aku bisa bicara tentang kabut, bisa juga
bicara tentang bunga, bisa juga bicara tentang skak, bisa juga bicara tentang
kotak sulap. Dan aku di sini bisa bicara tentang batu, pasir, dan tentunya
tentang apa itu cinta.
Yogyakarta, 7 Februari 2015
Bondan Galih Dewanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar