Hari
sudah mulai siang. Duduk memperhatikan dosen yang berbicara mungkin
terkadang cukup melelahkan ketika metode pengajaran tak begitu menarik
perhatian. Pikiran pun kadang melayang kemana kemari. Ada yang main hp, ada
yang ngobrol sendiri, ada yang saling sapa dari kejauhan, dll. Yap…seperti itu
lah situasi siang itu. Aku pun tak ketinggalan, kadang pikiranku mengarah ke
kegiatan apa setelah sesi ini selesai. Hampir saja lupa, setelah sesi ini
ternyata sudah ada janji makan siang bareng temanku sebut saja Bunga Jawa. Makan
siang di samping persis tempat yang katanya sering ada penyampaian aspirasi
dari mahasiswa melalui aksi turun ke jalan.
Sesampainya
di lokasi, kami pun memesan makanan. Seperti biasa, ngobrol pun jadi asik di
antara kami. Biasa aku banyolin dia, “mewekan” hehehe. Tapi ya hanya sekedar
candaan semata. Apalagi tempat makan ini kata dia menjadi tempat yang ada di
memorinya, karena masa kecil dia di Jogja dulu sering ke sana. Tapi protesnya, “Ikannya
nggak ada ya ndan, mainannya juga dikit sekarang, nggak kayak dulu. Umur 7
tahun pula maksimal main, kan aku pengen mainan”. Hehehehe ya gitu lah salah
satu obrolan kami. Di tengah obrolan, ketemu lah sama sahabatku, sebut saja
Najo namanya. Lama nian aku nggak berjumpa dengannya. Masih sering kontak-kontakan
sih, fisik saja yang jarang bertatap muka. Dia juga sedang bersama temannya
makan. Bunga Jawa pun aku kenalkan ke Najo, sahabatku.
Saat
jam sudah hampir menunjukkan jam 3 sore, Bunga Jawa lantas mengajak ke tempat
yang tak jauh dari tempat makan. Tempat itu adalah Museum Affandi. Aku
seumur-umur juga belum pernah ke sana. Padahal aku juga suka seni. Lantas aku
iyakan saja ajakannya, karena memang selama ini penasaran juga dengan sosok
pelukis legendaris Indonesia satu ini. Sekitar 50m kami berjalan untuk sampai
di gerbang museum. Setelah memesan tiket, kami pun langsung masuk ke bagian-bagian
museum. Saat itu ada tiga gedung Gallery
yang berisi lukisan. Ada juga dua studio Gajah Wong. Kenapa Gajah Wong? Karena
museum ini terletak persis di barat Sungai Gajah Wong. Ada juga makam Affandi
dan istrinya Maryati di komplek museum tersebut. Ketika di sana, tak lupa aku mendekat
ke makam dan memanjatkan doa. Aku terkagum dengan karya Affandi dan keluarganya
ini. Dengan hampir seluruh hidupnya, didedikasikan untuk seni. Salut.
Rute perjalanan Tugu Yogyakarta - Museum Affandi
Selain
mengagumi karya seni lukisnya, ketika itu aku juga mencoba menikmati suasana
yang ada. Bagaimana museum ini di desain dengan senyaman mungkin dan terkesan
sunyi meskipun berada di tengah-tengah perkotaan. Tetap banyak pohon-pohon yang
menyejukkan. Dan selalu saja ada gemericik air yang menemani museum ini.
Terlintas di pikiranku suatu saat akan membangun rumah pribadi dengan konsep
tak beda jauh dengan ini. Tempat tinggal yang selaras dengan alam dengan
lingkungan. Ditemani gemericik air yang selalu membisikkan untuk senantiasa hidup
mengalir dan bergelombang dengan tenang. Apalagi seperti aku ini yang penikmat
kesunyian. Serasa betah sekali manakala berkunjung ke museum ini. Ada satu
waktu membayangkan, jika saja suatu saat terlaksana membangun rumah pribadi
yang seperti ini, ketika di malam hari bisa melihat bintang dan langit yang
luas dengan puas. Seperti kebiasaan yang selama ini selalu diluangkan.
Memberikan ketenangan yang selalu saja berhasil di tengah kebisingan kegiatan.
Aku juga pengen menyusupkan nilai-nilai seni dan budaya di rumah pribadiku
kelak. Walaupun bukan pemain seni, tapi setidaknya turut lestarikan seni dan
budaya yang ada dengan cara tetap menghargai dan menjunjung tinggi seni dan
budaya tersebut. Pasti kalau punya rumah pribadi seperti ini, lelah bekerja kan
terbayar lunas dan hilang seketika. Ah…..bayang-bayang dan mimpi masa depan,
rumah pribadi yang tak perlu mewah. Sederhana namun penuh makna. Semoga saja
terwujud.
Sumber Gambar : http://www.affandi.org/
Di
perjalanan menyusuri museum ini, Bunga Jawa juga mencoba memahami setiap
komponen yang ada di museum ini. Tak sedikit dia mengungkapkan rasa kagumnya
pada komponen tertentu di museum ini. Yah….maklum lah ya, calon perancang yang
handal biasanya seperti itu.
Yaaa,
cukup lah ya penelusuran museum Affandi. Cukup memberikan referensi tentang
makna penikmat kesunyian dari seorang Affandi dan keluarga. J
Yogyakarta,
17 April 2015
Bondan
Galih Dewanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar