Jumat, 01 November 2013

Mencari Tempat Damai

         Setiap orang pasti pernah merasakan yang namanya bosan, sumpek, dan galau. Juga mempunyai masalah yang kemungkinan kita sulit untuk berbagi kepada orang lain. Biasanya orang-orang seperti itu butuh tempat yang nyaman, yang sekiranya bisa mencairkan uneg-uneg yang ada di dalam pikirannya. Selain itu juga punya hobi tersendiri yang bisa mengusir rasa penat itu. Termasuk aku, mempunyai hobi tersendiri dan tempat favorit untuk menghilangkan semua masalah itu.
          Satu tahun lebih aku menjadi mahasiswa. Berjarak rumah tempat tinggal bapak dan ibu dengan kampus adalah sekitar 30km, hal itu memaksaku harus hidup di kos-kosan. Beda rasanya dari masa kecil, TK hingga SMA, yang hidup selalu satu rumah dengan orang tua, setiap saat bisa melihat senyum orang tua yang secara langsung memberikan efek motivasi tersendiri. Meskipun masih satu provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta, jika aku harus menempatkan diri persis seperti masa lalu, pasti akan menyulitkan diriku sendiri. Orang tua juga pasti menyarankanku untuk mencoba hidup mandiri. Oleh karena itu, aku mulai dari SMA, mencoba untuk menyelesaikan masalah pribadi dengan caraku sendiri. Dan salah satu cara yang manjur adalah mengunjungi tempat yang kita sukai. 
         Jika ketika aku masih SMA, aku pasti pergi ke Gunung Nglanggran ketika merasa penat, merasa begitu banyak uneg-uneg. Karena di sana aku bisa berteriak sekencang-kencangnya meluapkan segala masalah yang ada. Aku merasa bebas di sana, aku juga merasa terhibur, dengan pemandangan alam yang luar biasa. Aku dapat melihat Kota Jogja dari sana, aku dapat juga melihat Kota Klaten. Hal itu membuat sekiranya berkurang permasalahan yang mengganjal pikiran.
           Beda SMA beda masa kuliah. Aku terlalu jauh dan butuh waktu yang lumayan lama jika harus pergi ke Gunung Nglanggran. Aku mencoba mencari tempat baru, di Kota Jogja, yang sekiranya mempunyai manfaat sama. Setelah mencoba mencari, akhirnya aku menemukan tempat itu juga, yaitu kawasan titik nol Kota Jogja. Mengapa? Karena aku merasakan kedamaian di sini. Walaupun banyak sekali orang di sini, termasuk wisatawan, aku bisa merasa damai. Dari sisi pemandangan, aku bisa mendapatkan dengan melihat semua sisi dari kawasan ini. Arsitektur yang sangat indah bisa aku lihat. Dari pojok timur-utara aku bisa melihat monumen Serangan Umun 1 Maret, pojok timur-tenggara aku bisa melihat gedung Bank Indonesia dan Kantor Pos, pojok selatan-barat aku bisa melihat Kantor Bank BNI, serta utara-barat aku bisa melihat Gedung Agung (Kantor Kepresidenan). Selain itu, jika aku melihat ke selatan, aku bisa memandang Keraton Yogyakarta yang begitu bersejarah. Lalu jika aku memandang ke utara, mala terlihat pula kawasan malioboro yang menjadi ikon wisata provinsi DIY. Dengan melihat itu saja sebenarnya sudah mulai meleleh rasa penat yang ada, namun tidak cukup seperti itu keunikan yang ada. Selain gedung-gedung, aku bisa melihat rasa sosial yang ada, dari penjual, pengamen, tukang becak, sopir andong, dll yang ramah tamah kepadaku.


        
             
              Sering pula setelah aku puas duduk santai di sekitar perempatan titik nol, aku sedikit berjalan ke utara, menikmati kawasan jalan malioboro. Di sana berbagai keunikan khas Jogja bisa aku dapatkan, meskipun hanya sekedar nonton sih. Hal yang membuat aku semakin terhibur adalah dengan adanya musisi angklung yang hampir setiap malam ada di sana. Hal yang ada di pikiranku adalah mereka sangat kreatif membawakan lagu-lagu mulai dari pop, campursari, hingga keroncong dengan alat seadanya. Ketukan, petikan, dan siulannya bisa saja membuat orang bahagia, termasuk rasa kepenatan hilang semua. :-)
 
       Masih ada lagi, terkadang ada pertunjukkan di kawasan titik nol, dimana itu menunjukkan kreatifitas orang Jogja, sebagai upaya melestarikan budaya lokal, sebagai bentuk cinta Indonesia. Contohnya adalah pentas tarian-tarian tradisional, kumpulan para pelukis, kumpulan pecinta sepeda onthel, dll. Oiya....masih ada lagi lo...ikon di bawah ini, yang dijamin membuat kita senyum.
           Macam-macam hal yang ada di kawasan nol kilometer sangat membantuku dalam menetralisir kepenatan dan kegundahan yang ada di hati maupun pikiran. Sering aku ke sana sendirian hanya untuk menikmati itu semua dari dekat. Kadang-kadang bersama teman-teman aku ke sana, namun lebih sering sendiri. Mau sendirian atau bareng-bareng, tempat ini akan selalu aku kunjungi. Dari semua yang ada di sana, aku semakin bangga jadi orang Jogja, semakin bangga pula jadi orang Indonesia. :-)

2 komentar: