Optimalisasi pembangunan sektor
kelautan di Indonesia masih belum termaksimalkan dengan baik, meliputi dari
pemanfaatan hasil perikanan yang belum tergali dengan baik, pemanfaatan
aktifitas laut dan perairan untuk tenaga pembangkit listrik yang aman,
optimalisasi kandungan mineral dan minyak bumi yang menyebar diberbagai lokasi
perairan, transpurtasi laut yang cepat dan aman, hingga pemanfaatan potensi bahari lainnya yang tersebar di pesisir, kepulauan dan pulau-pulau kecil dengan membawa ciri khas yang berbedabeda. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan tersebut belum optimal dikarenakan ketidaktauan akan potensi dari masing-masing pulau yang dimiliki Indonesia, dengan hadirnya Penginderaan Jauh dan SIG diharapkan mampu membantu mengenali potensi yang ada. Dan berikut ini diulas kembali beberapa hasil penemuan dari pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh dan SIG untuk mendukung pembangunan sektor kelautan yang telah dikaji dan dianalisis oleh pakarnya .
perairan, transpurtasi laut yang cepat dan aman, hingga pemanfaatan potensi bahari lainnya yang tersebar di pesisir, kepulauan dan pulau-pulau kecil dengan membawa ciri khas yang berbedabeda. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan tersebut belum optimal dikarenakan ketidaktauan akan potensi dari masing-masing pulau yang dimiliki Indonesia, dengan hadirnya Penginderaan Jauh dan SIG diharapkan mampu membantu mengenali potensi yang ada. Dan berikut ini diulas kembali beberapa hasil penemuan dari pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh dan SIG untuk mendukung pembangunan sektor kelautan yang telah dikaji dan dianalisis oleh pakarnya .
1. Pemetaaan,
Identifikasi dan inventarisasi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Langkah optimalisasi pengembangan
atau eksploitasi sumberdaya pesisir dan kelautan dengan dilakukannya kegiatan
inventarisasi, yang berguna untuk mengetahui jenis, letak dan nilai ekonomis
sumberdaya (Pigawati, 2005). Inventarisasi sumberdaya pesisir dan kelautan
sangat diperlukan mengingat kompleksitas ekosistem yang ada dimasing-masing
pulau berbeda, misal ekosistem terumbu karang, padang lamun, pantai, teluk,
selat, muara, delta, mangrove, daerah pasang surut dan samudera. Inventarisasi
dilakukan dengan cara pemetaan pulau dan identifikasi sumberdaya yang ada
dengan teknologi penginderaan jauh dan atau survey lapangan. Ekosistem tersebut
merupakan sumberdaya yang potensial untuk perikanan, pertambangan, pertanian,
kehutanan, perhubungan, dan pariwisata (Murti BS, 2011). Untuk itu hal pertama
yang perlu dilakukan adalah inventarisasi pulau secara spasial beserta
diskripsi potensi pulau tersebut, dan tentunya inventarisasi yang dilakukan
sejumlah pulau yang dimiliki negara Indonesia. Contoh penelitian mengenai
lnventarisasi pulau terluar telah dilakukan oleh Sarno (2013) khususnya inventarisasi
pulau-pulau terluar dengan judul Model Diseminasi Informasi Geospasial
Pulau-Pulau Kecil Terluar Berbasis Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan google
mapping system. Penelitian tersebut memberikan wawasan terkait dengan
pemanfaatan penginderaan jauh dan google mapping system untuk penyajian
informasi geospasial pulau-pulau terluar yang dapat ditampilkan secara
visualisasi dan disebar luaskan dengan jaringan elektronik. Informasi
geospasial yang ditampilkan tentunya tidak hanya sekedar informasi letak dan
koordinat namun disertakan pula informasi penggunaan lahan, kondisi pasang
surut, potensi perikanan, potensi tambang, potensi penduduk, kebudayaan dan
informasi lainnya. Penelitian yang dilakukan Sarno (2013) tersebut dapat
dikembangkan untuk pulau-pulau lainnya di seluruh wilayah perairan Indonesia,
sehingga pemetaan pulau, identifikasi potensi sumberdaya pulau akan lebih mudah
diinventarisasikan dan mudah dalam perencanaan dan pengembangannya
Gambar 1. Desiminasi Informasi
Geospasial Pulau Kakarutan (Sarno, 2013)
2.
Pengukuran suhu permukaan laut atau
yang sering disebut SPL.
SPL merupakan salah satu parametergeofisika yang diperlukan untuk berbagai
aplikasi seperti untuk klimatologi, perubahan suhupermukaan laut global, respon
atmosfer terhadap anomali suhu permukaan laut, prediksi cuaca, pertukaran gas
antara udara dengan permukaan laut, pergerakan massa air,studi polusi,
perikanan, dan dinamika oseanografi seperti fenomena eddi, gyre, front
dan upwelling. Suhu permukaan laut dapat diperoleh dari pengukuran
langsung atau dari ekstraksi data satelit penginderaanjauh (Winarso, dkk,
2014).
3.
Kesesuaian
Pemanfaatan Pesisir dan Pengembangan Budidaya Laut. Dengan kepemilikian lautan yang luas
dan pulau-pulau yang memilki karakter tersendiri, mengandung potensi perikanan
dan potensi hasil laut lainnya yang melimpah, dan untuk menjaga
keberlanjutannya diperlukan pembudidayaan yang tepat. Informasi yang berkaitan dengan
pengembangan budidaya laut diantaranya adalah informasi lokasi ideal bagi
pengembangan budidaya laut (Sulma, 2005). Berikut ini beberapa contoh peran
penginderaan jauh dan SIG dalam penentuan kesesuaian kawasan dan pengembangan
budidaya laut:
4.
Monitoring
Ekosistem Pesisir dan Laut. Pembangunan
di beberapa sector kelautan baik di pesisir maupun di lautan itu sendiri,
tentunya memberikan efek terhadap lingkungan, dalam bentuk kerusakan, ataupun
hilangnya ekosistem tertentu. Penurunan kualitas lingkungan ini pada dasarnya
akan berdampak pula pada kondisi ekonomi, sosial dan budaya setempat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan yang terjadi ini perlu
dilakukan pengamatan sejauh mana terjadinya perubahan sehingga dapat dilakukan penanganan
yang tepat, salah satu langkah monitoring yang efisien, hemat dan cepat adalah
penggunaan teknologi penginderaan jauh dan SIG. Sebagai contoh penggunaan penginderaan
jauh dan SIG dalam monitoring perubahan ekosistempesisir dan laut adalah
sebagai berikut:
Teknologi
Penginderaan Jauh da SIG tidak hanya digunakan untukpengembangan sektor
kelautan namun mampu digunakan pula dalam pengembangan pertahanan negara Indonesia,
sebagai negara maritim terbesar di dunia. Menurut Winarso, dkk (2014) Penginderaan
Jauh dan SIG dapat dimanfaatkan untuk Pertahanan Negara dan Operasi Keamanan
Laut dengan memanfaatkan Zona Potensi Penangkapan
Ikan (ZPPI), informasi ZPPI sebagai daerah
penangkapan dengan intensitas yang tinggi dapat diperkirakan berpotensi terjadinya
gangguan keamanan seperti illegal fishing. Dengan penginderaan jauh
dan SIG dapat pula digunakan untuk melakukan
identifikasi dan monitoring objek penting semisal pangkalan angkatan laut
miliki negara, kondisi pulau-pulau terluar agar aman dari penyusupan. Pemantauan
tersebut untuk saat ini pada dasarnya dapat dilakukan secara multi temporal,
multi spasial dan multi dimensi karena sudah terdapat kemudahan jaringan
internet, misalnya lokasi ZPPI yang telah dipasang sensor alau alatdeteksi
kapal asing kemudian dihubungkan dengan aplikasi google earth akan
menghasilkan wujud pemantauan tersebut
secara mudah.
Sumber: Shalihati, Sakinah Fathrunnadi.
2014. PEMBANGUNAN SEKTOR KELAUTAN
SERTA PENGEMBANGAN SISTEM
PERTAHANAN NEGARA MARITIM. Purwokerto.
Yogyakarta, 31 Mei 2015
Bondan Galih Dewanto
udah aku baca bon jangan minta minta buat baca lagi kamu aja gak baca blogku bon :(
BalasHapushaha sehat nyong sehat. kuat nyong kuat. move on nyong move on. :-P
Hapus