Jumat, 21 Maret 2014

Ketulusan dalam Persahabatan

Sebuah rangkaian cerita sederhana pada 17 Maret-19 Maret 2014. Ketika itu saya bersama 2 temanku, Made Sapta Hadi dan Kholqilah sedang menuju Kota Surabaya untuk mengikuti final lomba karya tulis tingkat nasional. Hari itu seperti biasa kami bertiga menggunakan kereta api sebagai alat transportasi. Sebelum berangkat, kami mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawa. 5 jam adalah waktu yang mengharuskanku berada di dalam kereta.
Setelah berangkat pada pukul 16.15WIB, seperti biasa, dibayanganku hanya akan ada obrolan antara aku dan 2 temanku tadi selama di kereta. Tak ada tutur kata yang mengasyikan dengan orang yang belum aku kenal. Sapta dan Kholqi berada pada 1 kursi yang sama. Sementara seorang bapak duduk bersampingan denganku waktu itu. Belum ada sapaan selama sekitar setengah jam perjalanan. Namun akhirnya aku berani menyapa bapak itu sebagai awal obrolan. Dengan beberapa bahan yang general, dari mana, menuju kemana, dan apa-apa lah yang ringan. Dengan daerah tujuan yang sama, Surabaya, akhirnya kami banyak sekali mengobrol. Bukan hanya general lagi, tetapi mulai detail ternyata. Dari obrolan tentang moda transportasi kereta hingga masalah politik. Bapak itu menceritakan tentang pengalamannya selama naik kereta dari jaman muda hingga sekarang. Bapak itu juga bercerita tentang fenomena ibu Risma yang menjadi walikota Kota Surabaya.  Banyak hal yang kami obrolkan. Hal itu setidaknya telah menggugurkan perkiraanku yang akan hanya ada obrolan kecil antara aku, Sapta, dan Kholqi. Hingga pada akhirnya kami harus berpisah saat sampai di Kota Surabaya, tepatnya di Stasiun Gubeng. Sebuah perkenalan singkat yang sangat berkesan tentunya.
Sesaat setelah tiba, aku Sapta dan Kholqi segera mencari makan. Ya….kami bertiga mengalami kelaparan di dalam kereta, hehe. Dan pilihan makanan jatuh pada rawon. Sempat kebingungan mencari transportasi apa untuk menuju penginapan, akhirnya kami juga memutuskan untuk naik taksi atas rekomendasi temanku. Setelah sampai di penginapan, entah kenapa kami bertiga kompak merebahkan tubuh di atas kasur. Sesuatu yang menandakan betapa lelahnya tubuh kami. Ketika 2 orang temanku memutuskan untuk tidur, saya masih saja membuka mata yang sebenarnya terasa berat. Sesekali menghela nafas, saya mencoba merenungi kehidupan. Introspeksi diri di tengah Kota Surabaya. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menyusul kedua temanku dalam alam mimpi.
Saya terbangun dengan suasana luar gedung yang masih gelap. Namun mengingat jadwal kegiatan yang cukup pagi, saya pun tidak melanjutkan tidurku. Pada hari itu saya dan 2 orang temanku tadi akan melakukan presentasi di depan juri dan finalis lomba lain. Eh…tiba-tiba dosen pembimbingku datang dari belakang menyapa dengan senyum yang mekar, seakan motivasi bagi kami untuk melaksanakan presentasi dengan baik. Dosen yang memberikan perhatian pada kami, dari mulai pendanaan hingga dukungan moral yang sangat kami perlukan. Hingga akhirnya tiba giliran kami untuk presentasi. Deg-degan memang lumrah. Namun kami harus tetap berdiri tegak di depan. Pertanyaan juri satu per satu kami jawab. Entah bagaimanapun hasilnya, kami berpikir itu sudah kami lakukan dengan maksimal.




Salah satu tujuan ketika berkunjung di kota yang belum pernah dikunjungi adalah mbolang ke tempat-tempat yang menjadi ciri khas. Itu pun yang saya lakukan setelah rangkaian hari pertama final lomba selesai pada pukul 15.00WIB. Saya memiliki teman yang secara tak sengaja berkenalan di atas puncak Gunung Merbabu, bernama Shiddarta. Saya biasa memanggilnya mbak Shiddat. Sebuah nama yang unik bukan, hehe. Perkenalan yang berawal dari kamera, hehe. Saya telah menghubungi dia beberapa hari sebelum keberangkatan ke kota ini. Dan mbak Shiddat sengaja mengosongkan agenda hari itu sebagai dokter hanya untuk mengantarku ke tempat-tempat unik di Surabaya. Tujuan pertama kami adalah di Kenjeran, tepatnya di Wihara yang ada patung Dewi Kwan Im dan patung Buddha. Di tempat itu dia bercerita tentang banyak hal. Dari menjadikan tempat itu sebagai tempat yang tepat untuk merenungi kehidupan hingga menceritakan tentang makna patung Buddha itu sendiri. Dan saya akhirnya tersadar ternyata namanya terdapat kedekatan dengan Shiddarta Gautama. Hehehe, sesaat kami bercanda tentang hal itu. Ketika merasa terpojok, ancamannya adalah aku akan ditinggal di tempat itu. Haha, langsung tak berkutik deh, sadar diri belum tau medan Kota Surabaya. Tempat kedua yang kami kunjungi adalah Pulau Madura. Walaupun hanya beberapa menit kami di sana, namun katanya mumpung di Surabaya tak ajak mampir ke pulau sebelah. Dan kami melewati jembatan Suramadu yang menjadi ikon baru. Takjub banget melihat kontruksi jembatan itu yang tegak kokoh berdiri di selat yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Indahnya jembatan itu semakin terasa dengan lampu warna warni. Satu kata, “waaaawwww”. Di perjalanan sesekali aku mengajak dia membandingkan kota Jogja dan Kota Surabaya. Dan saya memang  bisa mengatakan kota ini tertata dengan hijaunya pohon yang tersusun rapi. Tempat ketiga yang kami kunjungi adalah Taman Bungkul, taman yang menjadi tempat berkumpulnya berbagai kalangan di kota ini. Taman yang juga identik dengan Sunan Bungkul yang menjadi tokoh agama di Kota Surabaya. Juga ada warung kalkulator yang sebenarnya cukup menggoda untuk dicicipi, tapi karena perut nggak lapar, nggak jadi deh,hehe. Di taman itu pula aku teringat tentang gang dolly yang menjadi fenomena di Surabaya dan Hotel Yamato yang syarat tentang sejarah bangsa ini. Sebelum mengunjungi 2 objek tersebut, saya diajak ke ikon kota Surabaya yaitu patung Suro dan Boyo. Memang merasa 3 jam saja tidak cukup untuk mengunjungi semua tempat khas kota ini, namun tetap senang karena dapat mengenal beberapa ikon kota Surabaya. Bersyukur pula mempunyai teman yang sangat baik di Surabaya, kota terbesar setelah DKI Jakarta. Waktu pukul 21.00WIB memaksaku harus segera pulang ke asrama karena mengingat kesibukan yang dimiliki mbak Shiddat pula. Tak lupa mengucapkan terimakasih telah memperkenalkan kota yang bersih dan hijau ini. Objektif lo ini hehehe. Juga mempersilahkan mbak Shiddat berkunjung kembali ke Kota Jogja, tempat domisiliku, dan nanti tak ajak mbolang gantian, hehe.





Keesokan harinya, saya harus mendahului 2 temanku, Sapta dan Kholqi untuk menuju kota Jogja. Hal ini karena ada agenda yang mewajibkanku berada di kampus. Berat sih, karena masih ada sesi pameran dan pengumuman yang seharusnya saya ikuti. Namun karena ada tanggung jawab di kampus, saya harus mendahului kepulangan saya ke Jogja.
Pukul 08.00 WIB kereta berangkat dari Stasiun Gubeng untuk menuju Stasiun Tugu di Yogyakarta. Aku menunggu kereta di tempat duduk sebelah rel. Disambut oleh iringan music pecinta koes plus. Selain itu saya juga mendapat kenalan, seorang bapak yang akan menuju ke Solo. Eh…tak disangka, banyak motivasi pula yang disampaikan. Tak tau mengapa hal itu bisa terjadi, namun petuahnya sangat berguna untuk cermin kehidupan ini. J

Dari perjalanan selama 3 hari ini di sebuah kota besar di Indonesia, saya mendapatkan banyak sekali hal positif, membuka pikiran tentang apa yang terjadi di luar Jogja, membuka pikiran tentang apa itu yang dimaksud Indonesia. Tentang persahabatan yang tak memandang usia, tak memandang statusnya, tak memandang siapa anda dan siapa saya, tetapi melibatkan ketulusan dalam sebuah persahabatan yang hangat. J

4 komentar:

  1. bagian ga akur selama perjalanan, pas ditegur satpol PP dan pas mau diceburin ke lautnya ga disebut, eh.. akuarium juga. dan ngapain juga itu bengong dan ngegalau di depan hotel Majapahit (Yamato) padahal gerimisnya lumayan mulai deres. :P

    see you next time Brother

    BalasHapus
  2. pas nggak akur mbak shiddat tersangkanya karena nggak mau ngalah sama yang masih muda :-P pas ditegur satpol PP mbak shiddat tersangkanya karena katanya boleh naik ke patung suroboyo :-P hahaha.
    karena nggak bisa renang semua, ancamannya jangan diceburin dong mb wkwkwk :-P. kalau yang akuarium aku nggak ikutan dah, tp penasarannya udah terobati hehehe. kalau yang Majapahit (Yamato) miris aja mbak, kenapa bangunan sejarah gitu jadi komersial sekarang :-(
    Tp overall berkesan banget mb. Kapan2 kalau ke surabaya lg ajakin mbolang lebih jauh yak hahaha :-)

    BalasHapus
  3. jadi.. tersangkanya aku? oke.. fine. :P

    BalasHapus
  4. hehehe, iya dong....yg tua harus ngalah :-P :-P :-P
    oiya...sering banget mb shiddat bilang ok fine ok fine ok fine ok fine. wkwkwkwkwk :-P

    BalasHapus