Selasa, 19 Mei 2015

Sejuta Makna


Mungkin tulisan ini terasa aneh di mata teman-teman pembaca. Namun ini merupakan fakta yang menurut saya perlu kita kawatirkan. Selama ini mungkin egoisme jurusan terasa sangat tinggi terjadi di Fakultas Teknik UGM. Setiap jurusan merasa menjadi jurusan yang paling “wah” mungkin menjadi doktrinisasi yang sangat kental manakala kita menjadi mahasiswa baru. Tak terkecuali terjadi pada saya. Saya sejak mahasiswa baru merasa bangga terhadap jurusan Teknik Geodesi. Memang, terlihat fanatik. Fanatisme yang mungkin teman-teman juga rasakan. Namun di atas itu semua ada hal yang membuat saya kawatir teman-teman.

Apa sih sebenarnya yang membuat saya kawatir? Kita terlalu mengedepankan ego kita. Itu. Melihat realitas yang ada, banyak sekali masalah yang terjadi di masyarakat. Masalah yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan ilmu keteknikan kita. Apakah teman-teman tidak merasa risih dengan keadaan jalan di depan RS Sardjito yang dipenuhi dengan pedagang kaki lima yang sungguh tak mengenakkan mata yang juga menghalangi masuk dan keluarnya pasien. Apakah teman-teman merasa nyaman dengan kondisi sekitaran Jogja yang sudah mulai terdapat titik-titik banjir, termasuk di sekitaran kampus kita? Apakah teman-teman tidak merasa malu dengan kemajuan teknologi di dunia, sedangkan teknologi sangan berkaitan erat dengan anak-anak teknik? Ambil contoh luar negeri sudah dapat menciptakan mobil, peralatan elektronik, yang murni buatan mereka. Pernahkah teman-teman membayangkan kemajuan dan kemandirian teknologi terjadi di Indonesia? Tidakkah iri dengan hal itu? Kita memanggul nama besar Gadjah Mada teman-teman. Saya yakin apabila kita bersatu padu, tidak ada ego antar jurusan, keinginan berkembang besar, maka permasalahan itu semua insyaAllah dapat kita atasi dan berikan solusi.


Semangat menghilangkan egoism ini terlihat jelas ketika ada kegiatan yang melibatkan semua jurusan. Tidak harus selalu dalam forum resmi, tetapi cukup melakukan hal sederhana bersama-sama justru dapat memberikan efek yang lebih baik. Contoh mendaki gunung bersama. Pernah terjadi pada 17 Agustus 2014. Ketika itu semua jurusan dapat bergabung, dari Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Teknik Geodesi, Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Teknik Mesin, Teknik Geologi, Teknik Kimia, Teknik Fisika, dan Teknik Sipil. Semua ada ketika 17 Agustus 2014. Kami mengadakan sebuah rencana mengibarkan bendera yang ukurannnya 6x4,5m di puncak Gunung Merbabu. Dan puji syukur rencana itu berjalan lancar. Menjadi suatu kebanggaan dapat mengibarkan bendera merah putih bersama-sama dengan teman-teman ini. Terlihat asik bukan? Kegiatan semacam ini semata-mata diadakan dengan niat menghilangkan ego. Lalu saya berharap sangat besar, dari sini kerjasama antar jurusan dapat meningkat. Guna menyelesaikan masalah keteknikan yang ada di masyarakat.
Meningkat. Tidak hanya di lingkungan fakultas teknik teman-teman. Kita perlu menengok lebih jauh di lingkup universitas. Egoisme antar fakultas juga terlihat sangat kentara. Kenapa saya bisa bilang begitu? Masalah suporteran yang melibatkan semua fakultas saja bisa menjadi keributan. Apalagi sampai dimuat di media. Payaaaah, cupuuuu, itu kata yang bisa saya katakan. Keributan pasti terjadi karena ada pemicu. Iya….pasti. Namun di atas itu semua, saya katakan bahwa ada hal yang lebih penting teman-teman, yaitu lebih penting tenaga kita curahkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat, bukan justru menciptakan masalah baru. Saya yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa apabila ego kita turunkan, dan mengutamakan persatuan, maka kita bisa.
Kembali meningkat. Apabila kita menengok lebih jauh dengan kondisi masyarakat yang ada. Kita juga lagi-lagi dihadapkan dengan realitas ego yang sangat tinggi melingkupi masing-masing kelompok masyarakat. Sering ketawa miris ketika melihat konflik kepentingan terjadi. Kita sudah punya pemersatu yang namanya ideology Pancasila. Kenapa kita masih saja memenangkan ego kita? Kenapa kita tidak duduk bersama menyelesaikan permasalahan yang ada? Kamu yang mengaku islam. Kamu yang mengaku Kristen. Kamu yang mengaku Budhist. Kamu yang mengaku Hindu. Kamu yang mengaku Konghucu. Semua mengajarkan kebaikan bukan? Yap. Bukan hanya dari segi agama, namun juga suku, kelompok.
Perlu teman-teman ketahui bahwa pada foto di atas, sebenarnya bukan hanya mahasiswa fakultas teknik UGM saja yang ada, namun dari kegiatan yang kami adakan ternyata menjadi daya tarik untuk pendaki lain, termasuk mahasiswa dari fakultas lain di UGM, serta masyarakat luas. Dari situ dapat kita simpulkan bahwa merah putih ini sebagai pemersatu. Saya yakin dengan persatuan dan kesatuan dimulai dari lingkup terkecil, maka kita bisa memberikan kejayaan untuk negeri ini. Menularkan kebermanfaatan tidak ada salahnya kan. Saya yakin kok…..pasti teman-teman yakin juga.


Yogyakarta, 19 Mei 2015
Bondan Galih Dewanto






Tidak ada komentar:

Posting Komentar