"Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut
kembali. Ya, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekedar menjadi
jongos-jongos di kapal, bukan. Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawala
samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang
mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi
irama gelombang lautan itu sendiri." Itulah penggalan pidato Presiden
Pertama RI Soekarno pada tahun 1953. Pidato tersebut tampaknya sangat relevan
untuk diwujudkan pada pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla (2014-2019).
Mengapa demikian? Hingga kini kita masih memiliki sejumlah masalah besar yang
perlu segera diatasi sebelum kita mampu mewujudkan Indonesia sebagai poros
maritim dunia. Restorasi maritim Indonesia tak dapat ditunda lagi.
Pada saat kampanye-kampanye, yang diutarakan oleh
pasangan calon presiden dan wakil presiden Jokowi-JK adalah akan mewujudkan
Indonesia menjadi bangsa maritime yang disegani dunia. Setelah menjadi pasangan
presiden dan wakil presiden pun beliau senantiasa mengumandangkan Indoanesia
wajib menjadi poros maritime dunia hampir di setiap pidatonya. Termasuk pidato perdana
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)
Economic Leaders' Meeting di Beijing, Tiongkok.
Adapun alasan kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritime
dunia adalah:
- Laut merupakan pemersatu wilayah NKRI.
- Transportasi laut menjadi utama untuk menghubungkan
antar pulau.
- Sumber daya mineral dan non mineral, belum dimanfaatkan dengan
maksimal
- Pertahanan dan keamanan wilayah NKRI.
Keinginan
untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritime dunia memang tidak bisa
dilepaskan dari kondisi geografis Indonesia yang menjadi Negara kepulauan
terbesar di dunia, terletak di antara benua Asia dan Australia, serta terletak
antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dari kondisi geografis, Indonesia
dianugerahi empat titik strategis yang dilalui
40% kapal-kapal perdagangan dunia yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Lombok, dan Selat Makassar. Selain itu, sebagian besar wilayah Indonesia
adalah lautan.Hal ini mendukung perairan Indonesia untuk menjadi pusat lalu
lintas kapal-kapal di dunia. Lalu hal apa yang membuat kita ragu bahwa kita tak
mampu menjadi poros maritime dunia?
Dalam
usahanya menjadi poros maritime dunia, Indonesia memiliki banyak tantangan. Berbagai potensi dan persoalan berada di depan mata
untuk mewujudkannya, seperti Indonesia
masih berorientasi pada daratan. Seharusnya dengan visi kemaritimannya,
Indonesia diharapkan mampu berperan penting bagi maritim dunia. Indonesia berdasarkan
geopolitik, geostrategis, dan geografinya sangat sebagai negara kepulauan sangat
cocok untuk menjadi poros maritim dunia. Selain
itu tantangan sekaligus peluang yang dihadapi berupa derasnya arus
globalisasi serta perubahan paradigma sektor industri dunia. Sudah banyak
industri yang berskala global. Sebagai contoh seperti diutarakan oleh Dr. Ir.
Son Diamar (Anggota Dewan Kelautan Indonesia), industry yang membutuhkan
kesiapan tinggi adalah industry mobil. Bagian-bagian untuk membentuk satu mobil
tidak diproduksi di satu negara saja, melainkan di negara-negara lain. Kemudian
negara produsen tersebut akan mencari negara tengah yang strategis, yaitu
Indonesia. Kemudian dari Indonesia diberangkatkan kembali ke pasar. Untuk
menghadapi hal tersebut, Indonesia sudah harus siap dengan sumber daya manusia
dan teknologinya untuk menerima kapal-kapal luar negeri. "Anak-anak
Indonesia sudah harus siap dan harus digunakan sebagai tenaga kerja di industri
tersebut, mereka harus diajarkan keterampilan yang sesuai," ungkap Son
Diamar. Untuk melayani kapal-kapal industri tersebut, titik maritim dunia harus
diletakkan di dekat alur laut. Berdasarkan penelitian Bappenas, Indonesia
memiliki 18 titik maritim dunia.
Berbagai tantangan yang ada, seharusnya menjadi cambuk bagi
pemerintah untuk mempercepat persiapkan diri bangsa Indonesia untuk benar-benar
mewujudkan Indonesia menjadi poros maritime dunia. Dalam pidato kenegaraan
Presiden Jokowi di KTT APEC yang dilaksanakan di Beijing China diutarakan
berbagai program yang akan dilaksanakan Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan
Indonesia sebagai poros maritime dunia. Program-programnya adalah:
1.
Dalam 5 tahun pemerintah
ingin membangun 24 pelabuhan. Pembangunan akan dilakukan di Pulau Sumatera, Pulau
Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan di Pulau Papua.
Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber
:
2.
Pemerintah akan membangun tol laut. Tol laut adalah
sistem transportasi maritim untuk membuat transportasi berbiaya lebih rendah,
untuk membuat biaya transportasi lebih efisien. Pembangunan ini dari barat ke
timur. Pada nantinya diharapkan tidak hanya kapal biasa yang bisa masuk tol
laut, tetapi juga kapal induk. Jadi, harga dan biaya transportasi menjadi lebih
efisien. Sebagai contoh, harga semen, satu karung semen, di Pulau Jawa adalah $
6 per semen sak. Namun di Pulau Papua harga semen adalah $ 150 per sak. Bayangkan,
25 kali. Jadi kami berharap dengan tol laut kami harga di pulau-pulau kita
adalah sama.
Program
pemerintah tersebut tentunya harus kita dukung. Namun ada hal-hal yang perlu
kita persiapkan untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritime yaitu
menyiapkan petugas khusus untuk menjaga keamanan wilayah yuridiksi laut
Indonesia, menjaga keamanan sumber daya alam di laut Indonesia, meningkatkan
stabilitas kawasan strategis yang berbatasan dengan Negara tetangga, menjaga keamanan
ZEE, meningkatkan kemampuan industry yang mendukung pertahanan peraitan
Indonesia, serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kelautan
Indonesia. Melalui persiapan-persiapan yang dilakukan pemerintah melalui
program dan sikap kita sebagai warga Negara mendukung terwujudnya program, maka
tak ada alasan lain bagi bangsa ini untuk menjadi Negara sebagai poros maritime
dunia.
Yogyakarta,
5 Maret 2015
Bondan
Galih Dewanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar